Rabu, 26 Mei 2010

CITA-CITA SAYA

Saya Bercita-cita menjadi seorang birokrat. Cita-cita saya itu didasari oleh rasa keprihatinannya terhadap sistem birokrasi yang belum mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Saya menjadikan kualifikasi baik dan bermoral sebagai karakter diri yang akan membawanya dalam misi pelayanan sekaligus melakukan reformasi untuk sistem pelayanan yang lebih baik tentunya.

Saya memang sosok yang berkualitas, rajin, ulet, dan bermoral. Saya tidak pernah mendapatkannya dengan cara yang tidak halal seperti menyontek. Dengan modal karakter itu, PR saya tinggal meningkatkan wawasannya tentang dunia sosial-politik dan kebijakan publik. Oya, satu lagi, saya berharap juga bisa seperti pak SBY. Tidak hanya cerdas dan bermoral, tetapi juga berani menghadapi tantangan.

JURAGAN BRA YANG TEROBSESI BONITA

Bonita dalam bahasa spanyol berarti wanita jelita. Nama inilah yang begitu lekat dan tak bias dipisahkan dari jefri Van Novis, pria lajang kelahiran bukittinggi 27 tahun yang lalu. Kemana-mana ia selalu membawa pakain dalam wanita. Mesaki begitu, jangan buru-buru salah sangka dan menundingnya banci. Bila ia selalu membawa-bawa pakaian dalam wanita, itu karena urusan bisnis semata.tegasnya, bisnisnya adalah jual beli produk pakaian dalam wanita bermerk Bonita.
Maka jadilah Jefri pedagang produk pakaian dalam wanita – bra, celana dalam, korset dan sejenisnya – merek Bonita yang diproduk kakak sepupu di Jakarta. Modalnya adalah tekat dan kepercayaan dari kakak sepupunya, karena Jefri tak memiliki modal seperser pun, ia mendapat kredit selama satu munggu. Jadi produk yang di ambilnya baru dibayar seminggu kemidian.
Jefri memang tipikal orang Minang asli, ulet dan pantang menyerah.hari pertama menginjak kota padang. Ia langsung memasarkan produknya ini. Ke kampus pun ia tak ragu membawa barang dagangannya ini dan menawarkannya kepada rekan kuliahnya.
Meski sangat sibuk berbisnis, bukan berarti kuliahnya diabaikan, bahkan Jefri mampu menyelesaikan studinya di Jurusan Manajemen Pemasaran hanya tempo 3,5 tahun. Untuk bias menyelesaikan kedua kegiatan – kuliah dan berbisnis dengan baik, Jefri memang harus sangat disiplin membagi waktunya.
Usai berkuliah pada tahun 2004, Jefri masih tetap memasok dagangannya ke Padang. Namun sehari-hari ia lebih banyak berada di bukittinggi, membantu kakaknya berdagang pakaina dalam di pasar aur kuning. Sambil membantu kakaknya ia mempelajari seluk beluk pasar grosir terbesar di Sumatra Barat ini dan mencoba mengenali potensi-potensi bisnis yang bias di gali dari jejaring yang di kembangkannya di sana.
Akhirnya pada tahun 2006 ia pun merasa nangkap untuk membangun bisnisnya sendiri yang terpisah dari sang kakak. Bisnis pakaian dalam di tinggalkannya, semua pelanggannya di serahkan kepada kakaknya itu. Prusahaan yang bergerak di industri perjalanan dan wisata di berinya nama Bonita Tour dan Travel. Perusahaan ini terutama melayani tiket pesawat udara untuk tujuan kedalam maupun keluar negeri.
Dengan modal yang tidak terlalu banyak, Jefri merintis usaha barunya dengan menjadi sebagian penjualan tiket pesawat. Pada april 2007 ia menggandeng sang kakak untuk mendirikan peseroan terbatas sebagai syarat untuk bisa menjadi agen resmi. Karena modalnya terbatas, ia hanya bisa mengajukan agen satu demi satu maskapai. Berawal dari Mandala Airlines, lalu Batavia Air. Namun berkat kegigihan menjual tiket, kemudian satu demi satu penerbangan lainnya – termasuk maskapai besar seperti Garuda Indonesia – mulai mempercayakan penjualan tiket mereka kepada Bonita
Jefri mengakui, ketatnya persaingan antarmaskapai penerbangan dan banyaknya bis antarkota antarprovinsi membuat margin dari penjualan tiket perjalanan udara makin lama makin kecil. Setiap bulanannya ini rata-rata Bonita bisa menjual sekitar seribu tiket ke berbagai destinasi.
Berbeda dengan kebanyakan biro perjalanan di BukitTinggi dan sekitarnya, yang sedikit menyediakan tiket, Bonita Tour dan Travel memberi sejumlah nilai tambah dengan menyediakan travel untuk antar jemput dari BukitTinggi ke Bandar udara Minang Kabau Padang yang berjarak lebih kurang 100 km. untuk pembelian sepuluh tiket sekaligus, ia juga memberi satu tiket travel gratis.
Dari sekedar berjualan tiket, Jefri juga ingin membesarkan bisnisnya kebidang terkait. Layanan ini sudah di rintisnya dari kantor barunya di pasar tanah abang blok A. seiring dengan itu, angannyapun melambung. “Impian terbesar saya adalah membangun perusahaan penerbangan Bonita Air”, katanya. Dan seiring dengan itu bisnisnya pun terus membumbung tinggi, lebih tinggi dari pesawat yang tengah terbang di udara.

MEWUJUDKAN MIMPI-MIMPI DARI KERIPIK PISANG

Banyak anak Indonesia yang kurang beruntung. Mereka harus membantu orang tua masing-masing mencari nafkah. Ada yang mengamen, ada yang berjualan rokok dan permen, ada pula yang berjualan Koran. Kalau sdikit kurang beruntung dari uang penghasilan tersebut mereka bias membayar uang sekolah. Tapi bukan berarti mereka tak punya peluang untuk maju. Asal ada kemauan pasti ada jalan.
Itulah yang terjadi pada sinta usia 22 tahun ini tak hanya berhasil mengangkat keluarganya keluar dari kemiskinan selama betahun-tahun, melainkan berhasil menjadi pengusaha yang hebat. Ia termasuk beruntung karena bias mengejar ilmu hingga ke jenjang universitas. Saat buku ini ditulis ia masih tercatat sebagai mahasiswa di Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung, Sumatra. Teepikit untuk menambah uang saku, bisnis yang diawalinya dari kecil- kecilan malah membuat menjadi jutawan.



MANFAATKAN PRODUK LOKAL

Memahami bahwa ia tidak tidak dilahirkan di kelurga yang berkecukupan secara materi ketika duduk di kelas 2 SMA, sinta merasa harus membantu keluarga dengan bekerja. Salah satu pilihan utamanya adalah bekerja di pabrik keripik pisang. Sepulang sekolah ia bekerja di sana. Hal seperti itu ia jalani selama enam bulan dan ia mendapatkan upah yang cukup lumayan untuk membantu keluarganya.
Selama bekerja di pabrik keripik pisang tersebut, ia banyak mendapatkan ilmu. Dari mulai memilih pisang berkualitas baik, memotongnya menjadi irisan yang tipis, menggorengnya hingga renyah, sampai memberikan variasi rasa. Selain itu dalam benaknya ia menghitung secara sederhana tentang omzet yang mungkin saja ia hasilkan jika ia memiliki usaha di bidang itu.
Lampung sudah terkenal karena penganan olahan dari pisang yang memang banyak dihasilkan di daerah tersebut. Dulu cita rasanya hanya gurih asin. Akan tetapi, raa keripik itu berkembang. Tak hanya manis biasa, tapi ada pula yang diberi rasa keju dan diberi taburan bubuk coklat. Itulah yang memuat sinta membulatkan tekadnya. Ia nilai mengumpulkan uang hingga 3 juta rupiah. Tak hanya itu, ia juga tahu ada hasil bumi lain uang bias ia manfaatkan. Ia pun membeli singkong, ubi jalar, talas, dan sukun.
Namun membuat keripik ternyata tidak terlalu mudah. Ada satu dari kualitas yang ditetapkan bagi para pengusaha keripik pisang. Akhirnya standar keripik yang ditetapkan pin bias tercapai. Ia pun menerapkan system pembuatan keripik pisang pada hasil bumi lain.
Karena usaha utamanya adalah membuat keripik, maka sinta memberi mereka Istana Keripik untuk produknya. Untuk menghormati ibunya, ia mengimbuhi nama ibu Mery di belakangnya.makin lama sinta makin yakin bahwa bisnis adalah pilihan hidupnya. Ketika kecil sinta dan keluarganya sering sekali berpindah rumah. Saat itu sinta bermimpi bias memiliki rumah sendiri namun tampaknya, impian itu pun sudah terkabul.



ULET DAN TANGGUH

Rupanya, jiwa bisnis sudah terbentuk dalam diri sinta sejak ia kecil. Karena keuletan dan ketangguhannya juga terlihat ketika ia berusaha mengembangkan keripik pisangnya. Rupiah demi rupiah kembali ia kumpulkan. Kali ini bukan sebagai modal, melainkan berupa keuntungan. Kerja keras memang modal utama sinta. Tapi ia tak pernah lupa berdoa agar usahanya bias selalu berjalan lancar.
Baru 3 tahun usahanya berjalan, ia sudah bias membuka lapangan pekerja bagi 13 karyawannya. Sebagian dari mereka adalah tetangganya sendiri. Sama seperti ia bekerja di pabrik keripik pisang dulu yang merupakan milik tetangganya. Sinta ingin mengembangkan kesejahteraan orang-orang di sekitarnya dan membantu mereka semampunya. Meski telah tumbuh menjadi seorang jutawan muda, sinta tidak berubah menjadi manusia yang sombong. Ia tetap tambil sebagai wanita rendah hati yang punya segudang mimpi untuk keluarganya tercinta.

MERAUP DOLAR DARI HOBI GAMBAR

MUDA, PINTAR, KREATIF, memiliki bisnis sendiri dan banyak uang, tentu menjadi impian banyak orang. Gara-gara sering menyaksikan acara “Gemar Menggambar” yang ditayangkan di TVRI era 70-an, usianya yang masih relatif muda, wahyu aditya (29) nyarismemiliki semuanya. Dengan kemampuan di bidang desain grafis dan animasi, ia menjadi pemain urtama dalam bisnis desain grafis dan animasi.
Titik balik yang membuat nama adit, spaan akrabnya, menggebrak dunia animasi internasional adalah ketika dewan juri yang terdiri daroi pakar film inggris menobatkannya sebagai international Yuong Screen Entrepreneur of the Year 2007. pada saat itu ketika usianya baru 27, ia sudah berhasil mendirikan sekolah film HelloMotion dan memprakarasi festival film animasi HelloFest! Yang setiap tahunnya meraup 10 ribuan penonton muda di seantero Indonesia.


KISAH GAMBAR DINDING

Kegemaran menggambar ait sudah terlihat sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Ketika menjadi murid kelas 1 SD Cor Jesu 1 Malang, ia pernah menjadu juara lomba menggambar. Kegemarannya itu lalu disalurkan pula dengan mengirim gambar kepada tino sidin, took legendaries yang mengasuh acra “Gemar Menggambar” di TVRI. Sayang, gambarnya tak pernah terpilih untuk ditayangka.
Masuk kelas VI SD, ia rajin mengisi buku tulisan dengan berbagai gambar dan cerita. Ketimbang membeli mainan, ia lebih sering minta dibelikan kertas HVS untuk menggambarkan. Ia juga rajin menyulap buku tulisnya menjadi ‘majalah’ dengan menciptakan ilustrasi sederhana dari berbagai tokoh rekaannya. Tokoh cerita Lima Sekawan di pelesetkan menjadi Enam Sekawan, mengacu padaa jumlah kumpulan premancilik disekolahnya.
Hobi menggambar terus berlanjut sampai SMA. Bahkan dinding sekolah pun dia gambari.”Saya murid pertama yang diperbolehkan menggambari dinding,” katanya mengenang. Karirnya sebagai seorang animator diawali menjadi komikus amatir saat itu. ’korban’ pertamanya adalah buku-buku pelajaran kelas 3 SMA-nya. Di buku-buku inilah adit membuat animasi strip komik. Ketika akan melanjutkan kuliah pun, ia dengan tegas memilih, “ingin kuliah di tempat yang tidak ada metematikanya.” Tandas anak kedua pasangan Sunarto santoso dan Tri Astuti.
Pilih punya pilih, akhirnya adit menuntut ilmud di Advanced Diploma of Interactive Multimedia-KvB Institute of Tech, Sudney, Australia, untuk mempelajari multimedia. Saat kuliah, tiga kali ia sempat mengikuti lomba. Yang sekali, ia sukses menjadi juara pertama. Selepas dari trans TV, adit memilih bekerja freelance selama bebrapa tahun. Karena ketrampilannya dan pengetahuannya solid, ia bias melakukan pekerjaan apa pun. Dari animator, sutradara, ataupun produser. Proyek pertama yang di tanganinya adalah klip video padi berjudul bayangkanlah.



MERINTIS JALAN SEPI

Tawaran bekerja di bawah perusahaan orang lain tak membuat Adit tertarik. Percaya diri pada kemampuannya, bersama tujuh kawan ia membuat perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Sayang, usaha ini gagal. “kumpulan orang pintar tapi tak ada naluri bisnis,” kata Adit menyimpulkan kegagalan saat itu. Karena tahu hanya dirinya sendirilah ia dapat bersandar, Adit memulai langkah yang terbilang nekat. Berbekal pinjaman Rp 400 juta, ia membangun lembaga kursus animasi. “ biar orang sekolah di Indonesia, tak harus di luar negeri,” niatnya sederhana.
Tekad itu lalu diwujudkan dengan keikutsertaannya pada sebuah pameran pendidikan di Semanggi Expo, Jakarta Selatan. Di sana ia menemukan ada 41 orang yang berminat menjadi murid. Dari modal sebesar Rp 400 juta, kini Adit telah mampu meraup keuntungan 18% per tahun. Padahal, ketika awal berdiri, sekolah itu tak mendapatkan keuntungan, malah minus 11%. Tahun berikutnya minus 6%. Sampai kini, sudah ada sekitar 800-an siswa telah diluluskan. “itu masih kurang karena kami hanya punya sati kelas,” katanya. Satu kelas diisi 10 siswa. Ada 20 instruktur yang andal bidangnya.
Selain urusan mencari penghasilan, Adit masih menyempatkan diri merealisasikan ide aneh lainnya. Ia sempat membentuk Kementerian Desain Republik Indonesia (KDRI-www.kdri.web.id) yang bertujuan mengubah Indonesia dengan caranya sendiri. Di KDRI, struktur biroraksinya sederhana. Ia menjabat juru bicra kementerian. Sdangkan posisi menteri diduduki Mr. Gembol. Mr. Gembol juga merangkap sebagai kurir KDRI. Biarpun terkesan lucu, dalam sehari website KDRI setidaknya dikunjungi 1.000 pengunjung. Di sini, para volunteer di mana pun bias mengirimkan desain karya mereka.


HELLOMOTION

Ada yang menarik dari tekad Adit mendirikan lembaga pendidikan animasi ini. Katanya, “ Animasi kita masih kalah jauh dari Korea, Cina, dan India. Animasi di Indonesia secara industri masih di kategori periklanan. Untuk industri layer lebar atau TV masih banyak PR yang harus dikerjakan,” ungkap arek Malang kelahiran 4 Maret 1980 ini. Ia menilai, industri kreatif dan animasi sebetulnya bias menjadi lahan subur bila ditekuni dengan baik. Apalagi dasar pekerjaan ini adalah hobi. Pada 2004, di Indonesia memang belum ada sekolah animasi. Industri inilah yang kemudian digarapnya. Ia yakin dengan mendirikan sekolah animasi, konten animasi local di televise dalam negeri bias bertambah dan industri animasi dapat lebih maju.
Kini, HelloMotion yang memiliki misi menggalakkan budaya motion picture art mulai diperhitungkan di industri animasi Tanah Air. Untuk terus mengembangkan bisnisnya, Adit lebih banyak menggunaka pola Buzz Marketing alias getok tular. Awalnya memang sempat jorjoran, baik lewat iklan di media cetak, radio, maupun situs internet. Namun karena dirasa sudah cukup bagus citranya. Maka belakangan lebih menggunakan pola tersebut. Kini, peraih berbagai penghargaan bergenerasi ini tengah mengembangkan tim promosi dan pemasaran. Selah satunya dengan membuat situs www.menteridesainindonesis.blogspot.com yang ternyata cukup efktif ntuk promosi.
Ia sendiri tidak terlalu khawatir dengan persaingan di industri animasi. Karena daftar tunggu untuk peserta kursus sekarang bias sebulan di Hello School.adit juga tak letih menelusurkan inovasi.

Paripurna DPR Ricuh


Rapat Paripurna DPR yang mengagendakan mendengarkan laporan hasil kerja Panitia Khusus DPR tentang Hak Angket Bank Century di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (2/3/2010), berlangsung ricuh.

Seusai Ketua Pansus Idrus Marham menyampaikan laporan akhir Pansus, rapat paripurna dihujani interupsi. Anggota Pansus dari Fraksi Partai Golkar, Bambang Soesatyo dan Akbar Faisar dari Fraksi Hanura, mendesak pimpinan sidang untuk memutuskan sikap akhir Pansus segera. Seperti diketahui, dalam pleno Pansus yang berlangsung hingga tengah malam tadi, muncul dua opsi keputusan akhir.

Opsi pertama, menyatakan pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) dan penyertaan modal sementara (PMS) tidak bermasalah karena dilakukan untuk mencegah krisis dan sudah sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku.

Opsi kedua, pemberian FPJP dan PMS bermasalah. Otoritas moneter dan fiskal melakukan penyimpangan kebijakan karena penggelontoran dana tidak didasarkan pada aturan hukum yang berlaku.

Namun, Ketua DPR Marzuki Alie tidak mengiyakan usulan tersebut. Sementara itu, puluhan anggota Dewan mengacungkan jari untuk interupsi. Namun, mikrofon tidak berfungsi. Hal ini menyulut emosi. Sejumlah anggota Dewan terpaksa maju dan berteriak-teriak. Sebagian lagi tampak membanting-banting mikrofon yang tidak berfungsi.

Tak lama kemudian, Marzuki Alie mengetuk palu sebagai tanda rapat paripurna siang ini selesai. Tak ayal, ketukan palu ini membuat rapat paripurna tampak kisruh. Sejumlah anggota Dewan yang tidak puas berteriak-teriak dan maju ke meja pimpinan sidang.

Profil Orang Sukses

Andi Winarto (Produsen Mukena Anak Lucu)

Merintis karier sejak 4 tahun yang lalu karena ketertarikannya membuat mukena dan berbekal pengalamannya bekerja di home industry konveksi yang ada di Bintaro Jak-Sel. Agar bisa bersaing di pasaran, Andi menggunakan aplikasi berupakain yang di bordir dan di bentuk bunga maupun buah dan di tempelkan menggunakan lem lilin dan tidak perlu di jahit lagi.
Selain aplikasi tersebut Andi juga menggunakan aplikasi kain flanel kain berkerut. Sehingga mukena uang di buatnya di berikan nama Mukena Gelombang Cinta. Saat ini Andi bisa membuat mukena dalam waktu satu minggu sebanyak 30 kodi dengan di beri merek Alya Collection.
Modal yang di keluarkan Andi untuk membuat 1 kodi mukena adalah Rp 290 ribu. Andi melakukan penjualan secara grosiran maupun via internet.

Gerai Cakwe Medan

Minimarket sering kali menjadi pilihan alternatif untuk mencari makan atau minuman. Banyak minimarket yang memanfaatkan lahan kosong di depannya untuk disewakan ke pedagang. Banyaknya konsumen yang mengunjungi minimarket setiap hari menjadi motif pendorong bagi pedagang untuk membuka usaha.
Salah satu pedagang yang jeli melihat peluang usaha yang ditawarkan oleh minimarket adalah Aris. Sejak enam bulan yang lalu, ia menggeluti usaha berjualan Cakwe Medan di jl. Asnawi, Beji, Depok. Untuk memperoleh lapak di depan Alfamart, syarat yang di ajukan oleh pihak pengelola tidak terlalu sulit. Ia hanya di haruskan untuk membayar Rp 300 ribu per bulan dengan fasilitas listrik. Sedangkan untuk air, Aris mengambil sendiri dari penduduk sekitar. Ia hanya di haruskan untuk menjaga kebersihan dan jangan sampai mengganggu parkir di area Alfamart.
Cakwe Medan buatan Aris di jual dengan harga Rp 1.000 per potong. Dalam sehari, Aris bisa menjual hingga tujuh adonan Cakwe. Tiap adonan Cakwe bisa di bagi lagi menjadi 25-30 potong Cakwe. Tiap adonan Cakwe Medan yang dijual Aris berbeda dengan Cakwe Bandung yang menggunakan saus, sedangkan Cakwe Medan menggunakan sambal. Perpaduan rasa sambalnya yang pedas, asam, dan manis semakin menggugah selera. Rasa pedas di peroleh dari cabai, sedangkan rasa asam dan manis di peroleh dari nanas yang diolah bersama cabai yang di jadikan sebagai sambalnya.
Untuk menjalankan usahanya Cakwe Medan, Aris mengeluarkan modal Rp 2 juta yang digunakan untuk membeli gerobak dan peralatan masak seperti kompor dan wajan. Perlengkapan tersebut ia beli dari temannya yang memang sejak awal berjualan Cakwe Medan.
Sarana penjualan yang dibutuhkan Aris selain gerobak adalah terpal yang dipasang di atas gerobaknya. Untuk belanja bahan baku seperti tepung terigu, vermipan, dan soda kue ia lakukan tiap 2-3 hari sekali dan menghabiskan biaya Rp 60-80 ribu. Jika belanja bahan baku dilakukan tiap 2-3 hari sekali, lain halnya dengan bumbu Cakwe yang dilakukan setiap hari. Hal ini dikarenakan bumbu tidak tahan lama, jadi setiap hari harus membeli yang baru. Bahan untuk membuat Cakwe biasanya ia beli di minimarket di dekat rumahnya.
Aris mengaku bahwa berjualan di depan minimarket lebih menguntungkan dibandingkan dengan di tempat lain. Hal ini dikarenakan minimarket seperti Alfamart selalu ramai dikunjungi oleh konsumen. Semakin banyak konsumen di Alfamart, maka pembeli Cakwe juga akan semakin banyak. Biasanya pembeli akan meningkat jumlahnya pada saat malam atau hari libur. Jika hari biasa Aris bisa menjual tujuh adonan, maka pada saat hari libur ia bisa menjual hingga delapan adonan Cakwe. Dalam sehari saat ini ia bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 196 ribu, dengan keuntungan bersih bisa mencapai 70%.