Rabu, 26 Mei 2010

MERAUP DOLAR DARI HOBI GAMBAR

MUDA, PINTAR, KREATIF, memiliki bisnis sendiri dan banyak uang, tentu menjadi impian banyak orang. Gara-gara sering menyaksikan acara “Gemar Menggambar” yang ditayangkan di TVRI era 70-an, usianya yang masih relatif muda, wahyu aditya (29) nyarismemiliki semuanya. Dengan kemampuan di bidang desain grafis dan animasi, ia menjadi pemain urtama dalam bisnis desain grafis dan animasi.
Titik balik yang membuat nama adit, spaan akrabnya, menggebrak dunia animasi internasional adalah ketika dewan juri yang terdiri daroi pakar film inggris menobatkannya sebagai international Yuong Screen Entrepreneur of the Year 2007. pada saat itu ketika usianya baru 27, ia sudah berhasil mendirikan sekolah film HelloMotion dan memprakarasi festival film animasi HelloFest! Yang setiap tahunnya meraup 10 ribuan penonton muda di seantero Indonesia.


KISAH GAMBAR DINDING

Kegemaran menggambar ait sudah terlihat sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Ketika menjadi murid kelas 1 SD Cor Jesu 1 Malang, ia pernah menjadu juara lomba menggambar. Kegemarannya itu lalu disalurkan pula dengan mengirim gambar kepada tino sidin, took legendaries yang mengasuh acra “Gemar Menggambar” di TVRI. Sayang, gambarnya tak pernah terpilih untuk ditayangka.
Masuk kelas VI SD, ia rajin mengisi buku tulisan dengan berbagai gambar dan cerita. Ketimbang membeli mainan, ia lebih sering minta dibelikan kertas HVS untuk menggambarkan. Ia juga rajin menyulap buku tulisnya menjadi ‘majalah’ dengan menciptakan ilustrasi sederhana dari berbagai tokoh rekaannya. Tokoh cerita Lima Sekawan di pelesetkan menjadi Enam Sekawan, mengacu padaa jumlah kumpulan premancilik disekolahnya.
Hobi menggambar terus berlanjut sampai SMA. Bahkan dinding sekolah pun dia gambari.”Saya murid pertama yang diperbolehkan menggambari dinding,” katanya mengenang. Karirnya sebagai seorang animator diawali menjadi komikus amatir saat itu. ’korban’ pertamanya adalah buku-buku pelajaran kelas 3 SMA-nya. Di buku-buku inilah adit membuat animasi strip komik. Ketika akan melanjutkan kuliah pun, ia dengan tegas memilih, “ingin kuliah di tempat yang tidak ada metematikanya.” Tandas anak kedua pasangan Sunarto santoso dan Tri Astuti.
Pilih punya pilih, akhirnya adit menuntut ilmud di Advanced Diploma of Interactive Multimedia-KvB Institute of Tech, Sudney, Australia, untuk mempelajari multimedia. Saat kuliah, tiga kali ia sempat mengikuti lomba. Yang sekali, ia sukses menjadi juara pertama. Selepas dari trans TV, adit memilih bekerja freelance selama bebrapa tahun. Karena ketrampilannya dan pengetahuannya solid, ia bias melakukan pekerjaan apa pun. Dari animator, sutradara, ataupun produser. Proyek pertama yang di tanganinya adalah klip video padi berjudul bayangkanlah.



MERINTIS JALAN SEPI

Tawaran bekerja di bawah perusahaan orang lain tak membuat Adit tertarik. Percaya diri pada kemampuannya, bersama tujuh kawan ia membuat perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Sayang, usaha ini gagal. “kumpulan orang pintar tapi tak ada naluri bisnis,” kata Adit menyimpulkan kegagalan saat itu. Karena tahu hanya dirinya sendirilah ia dapat bersandar, Adit memulai langkah yang terbilang nekat. Berbekal pinjaman Rp 400 juta, ia membangun lembaga kursus animasi. “ biar orang sekolah di Indonesia, tak harus di luar negeri,” niatnya sederhana.
Tekad itu lalu diwujudkan dengan keikutsertaannya pada sebuah pameran pendidikan di Semanggi Expo, Jakarta Selatan. Di sana ia menemukan ada 41 orang yang berminat menjadi murid. Dari modal sebesar Rp 400 juta, kini Adit telah mampu meraup keuntungan 18% per tahun. Padahal, ketika awal berdiri, sekolah itu tak mendapatkan keuntungan, malah minus 11%. Tahun berikutnya minus 6%. Sampai kini, sudah ada sekitar 800-an siswa telah diluluskan. “itu masih kurang karena kami hanya punya sati kelas,” katanya. Satu kelas diisi 10 siswa. Ada 20 instruktur yang andal bidangnya.
Selain urusan mencari penghasilan, Adit masih menyempatkan diri merealisasikan ide aneh lainnya. Ia sempat membentuk Kementerian Desain Republik Indonesia (KDRI-www.kdri.web.id) yang bertujuan mengubah Indonesia dengan caranya sendiri. Di KDRI, struktur biroraksinya sederhana. Ia menjabat juru bicra kementerian. Sdangkan posisi menteri diduduki Mr. Gembol. Mr. Gembol juga merangkap sebagai kurir KDRI. Biarpun terkesan lucu, dalam sehari website KDRI setidaknya dikunjungi 1.000 pengunjung. Di sini, para volunteer di mana pun bias mengirimkan desain karya mereka.


HELLOMOTION

Ada yang menarik dari tekad Adit mendirikan lembaga pendidikan animasi ini. Katanya, “ Animasi kita masih kalah jauh dari Korea, Cina, dan India. Animasi di Indonesia secara industri masih di kategori periklanan. Untuk industri layer lebar atau TV masih banyak PR yang harus dikerjakan,” ungkap arek Malang kelahiran 4 Maret 1980 ini. Ia menilai, industri kreatif dan animasi sebetulnya bias menjadi lahan subur bila ditekuni dengan baik. Apalagi dasar pekerjaan ini adalah hobi. Pada 2004, di Indonesia memang belum ada sekolah animasi. Industri inilah yang kemudian digarapnya. Ia yakin dengan mendirikan sekolah animasi, konten animasi local di televise dalam negeri bias bertambah dan industri animasi dapat lebih maju.
Kini, HelloMotion yang memiliki misi menggalakkan budaya motion picture art mulai diperhitungkan di industri animasi Tanah Air. Untuk terus mengembangkan bisnisnya, Adit lebih banyak menggunaka pola Buzz Marketing alias getok tular. Awalnya memang sempat jorjoran, baik lewat iklan di media cetak, radio, maupun situs internet. Namun karena dirasa sudah cukup bagus citranya. Maka belakangan lebih menggunakan pola tersebut. Kini, peraih berbagai penghargaan bergenerasi ini tengah mengembangkan tim promosi dan pemasaran. Selah satunya dengan membuat situs www.menteridesainindonesis.blogspot.com yang ternyata cukup efktif ntuk promosi.
Ia sendiri tidak terlalu khawatir dengan persaingan di industri animasi. Karena daftar tunggu untuk peserta kursus sekarang bias sebulan di Hello School.adit juga tak letih menelusurkan inovasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar